Lima Macam Golongan Ahli Surga

Menurut Sayyidina Umar r.a., bahwa ada lima macam golongan dapat dikategorikan sebagai ahli surga. Sayyidina Umar r.a., berkata: Sekiranya tidak takut dituduh mengetahui hal yang ghaib, tentulah aku mau bersaksi bahwa kelima golongan manusia ini adalah surga, yaitu:
Pertama,
 orang fakir yang menanggung nafkah keluarganya. Meskipun keadaannya fakir, tetapi tidak membuat semangatnya luntur untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Dia tidak menyerah kepada keadaan. Dalam kaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw pernah bersabda: “Dari Miqdan r.a. dari Nabi Muhammad Saw, bersabda: Tidaklah makan seseorang lebih baik dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud a.s., makan dari hasil usahanya sendiri.” (H.R. Bukhari). Dan dalam sabdanya yang lain: “Dari Abu Abdullah Az-Zubair bin Al-‘Awwam r.a., ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi ataupun tidak.”
Wajar saja kemudian jika Sayyidina Umar mengkategorikan orang fakir yang tetap mencari nafkah untuk keluarganya adalah termasuk ahli surga. Tidak hanya menunggu uluran belas kasih dari orang-orang yang mampu, tetapi berusaha sekuat tenaga memberikan nafkah dari hasil jerih payahnya.
Kedua, 
wanita yang suaminya ridha kepadanya. Rasulullah Saw bersabda: ”Siapa saja wanita yang meninggal, sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka dia masuk surga.” (HR Tirmidzi).
Saat ini banyak sekali wanita yang sadar atau tidak sadar perilakunya telah membuat suaminya tidak senang. Mengeluhkan pemberian suami yang sudah di cari dengan susuah payah dan dibanding-bandingkan dengan yang lain. Ketika suami mengajak kepada sesuatu kebaikan, sang istri menolak. Padahal jika kita merujuk sabda Rasulullah Saw di atas, keridhaan suami juga bisa menjadi mudahnya jalan sang istri masuk surga. Kecuali perintah suami untuk ke arah kemaksiatan, maka tidak wajib dan bahkan harus ditolak.
Ketiga, 
Istri yang menshdaqahkan mahar/maskawinnya kepada suaminya. Kalau isteri kaya dalam hal harta benda, jika istri itu memiliki keikhlasan dengan senang hati menaruhkan hartanya kepada suaminya atas dasar kasih sayang, dan suami yang tadinya dalam keadaan miskin dan dengan amanah memelihara amanah dari istrinya, maka keduanya pasti akan mendapat dua pahala, satu pahala ibadah dan satu pahala sedekah, karena harta isteri merupakan hak isteri.
Keempat, 
anak yang kedua orang tuanya ridha kepada dirinya. Untuk menggapai ridha orang tua, tentunya seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua. Allah SwT berfirman: “Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa' : 23-24]
Jika kedua orang tua ridha kepada anaknya, maka Allah pun akan ridha kepadanya, tetapi jika kedua orang tua murka kepada anaknya maka Allah pun akan murka kepadanya. Maka sudah sepantasnya dan seharusnyalah seorang anak mengikuti apa-apa yang diperintah oleh kedua orang tua, dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah SwT).
Kelima, 
orang yang bertobat dari kesalahannya. Ampunan Allah SwT sangatlah luas yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat dan kembali ke jalan yang lurus. Asalkan bukan tobat sambal, sekarang tobat besok melakukan kesalahan lagi.
Berkaitan dengan tobat ini, Nabi Muhammad Saw bersabda: Orang yang bertobat dari dosanya seperti orang yang tidak memiliki dosa (HR. Baihaqi.
Dan dalam sabdanya yang lain: Setiap anak Adam pasti pernah melakukan dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang bertobat. (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Wallaahu ‘alam

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar